Surah al-Kahf, selain membahas keteguhan Ashabul Kahfi sebagai orang beriman yang menjauhkan diri dari penguasa zalim, juga menceritakan hikmah memiliki teman yang baik. Hal ini tercermin antara lain dalam firman Allah di al-Kahf ayat 28:
“Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.”
QS. Al-Kahf:28
Sebelum ayat ini turun, konon Umayah bin Khalaf dan beberapa pemimpin bani Quraisy memberi syarat pada Rasulullah saw. untuk menyingkirkan Bilal r.a., Abu Dzar r.a., dan Abdullah bin Mas’ud r.a. dari sisi beliau, agar mereka mau bergabung dengan Rasulullah saw.
Bangsa Arab pada masa itu sangat mementingkan golongan dan posisi. Para sahabat Nabi ini dipandang sebagai bagian dari kelompok kelas rendah di masyarakat, apalagi Bilal r.a. yang merupakan mantan budak. Umayah bin Khalaf dan rekan-rekannya tidak ingin dianggap setara dengan para sahabat Nabi tersebut.
Sebagai tanggapan, Allah menurunkan beberapa ayat dan Al-Kahf ayat 28 adalah salah satunya. Rasulullah diperingatkan agar tidak mempertimbangkan usul mereka. Beliau diperintahkan untuk washbir nafsaka, yaitu bersabarlah apapun resikonya.
Sebenarnya, saat membaca Al Qur’an dan melihat sesuatu yang khusus ditujukan kepada Rasulullah saw., seringkali ayat itu menjadi perantara pesan untuk kita. Ketika Rasulullah saw. Allah perintahkan untuk tidak membeda-bedakan orang berdasarkan kedudukan, bagaimana refleksi diri kita? Sudahkah kita berkawan dengan mereka yang setia dalam kebaikan?
Referensi: Rahasia dan Hikmah surah al-Kahf karya Yasir Qadhi
Rahasia dan Hikmah surah al-Kahf karya Yasir Qadhi
