Perjuangan Belum Berakhir

Ketika menyebarkan agama Islam sampai ke berbagai pelosok dunia, termasuk di wilayah Nusantara, para pendakwah Islam yang datang dari berbagai bangsa, tentu yakin benar bahwa Islam adalah jalan keselamatan bagi umat manusia. Para pendakwah Islam percaya dengan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an (yang artinya): 

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membaca petunjuk dan agama yang benar (haq) agar dimenangkannya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” 

QS Al-Fath: 28

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (haq) agar dimenangkannya terhadap semua agama, meskipun orang-orang musyrik benci.”

QS Ash-Shaaf: 9

Tetapi, dalam memenangkan Islam, kaum Muslim dilarang memaksa orang lain untuk masuk Islam.

“Tidak ada paksaan untuk (memeluk) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” 

QS Al-Baqarah: 256

Keyakinan akan kebenaran Islam-lah yang mengantarkan para pendakwah Islam sampai mengarungi lautan, meninggalkan kampung halaman dan keluarga, demi menyampaikan kabar keselamatan Islam kepada seluruh umat manusia, agar mereka meninggalkan sesembahan selain Allah dan mengikuti cara ibadah dan cara hidup yang benar sebagaimana diajarkan oleh utusan Allah yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw.

Islam berhasil menyebar di wilayah Melayu-Indonesia. Selama ratusan tahun Islam kemudian mendominasi wilayah ini dengan satu agama. Para pendakwah Islam hanya melanjutkan misi kenabian yang telah disempurnakan oleh Nabi Muhammad saw., untuk menebarkan rahmat bagi semesta alam.

Penduduk di nusantara dulunya didominasi oleh Hindu, Budha, dan animisme, kemudian mayoritasnya berganti menjadi Muslim. Tentu, ini berkat dakwah dengan proses yang sangat panjang. Tugas kaum Muslim adalah menyampaikan dakwah, menyampaikan kebenaran Islam, bukan memaksakan kebenaran Islam. Hati manusia tidak bisa dipaksa untuk menerima suatu kebenaran.

Maulana Malik Ibrahim yang datang ke tanah Jawa, pada sekitar tahun 1399 M, mulai melakukan aktivitas dakwah Islam di tengah masyarakat. Kerajaan Demak berdiri setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit tahun 1478 M. Jauh sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim, Islam telah menyebar di tanah Jawa. Bahkan, banyak bukti menunjukkan (misalnya, makam Islam di Troloyo) bahwa di masa Majapahit, sudah banyak pejabatnya yang memeluk agama Islam. 

Pangeran Diponegoro telah berjuang menegakkan syariat Islam di tanah Jawa dengan cara berperang melawan Belanda, karena waktu itu, memang Belanda “nongol” di Tanah Jawa. Kini, perjuangan Islam dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Tidak etis rasanya bila generasi berikutnya hanya bisa mencerca dan mengabaikan usaha dan prestasi perjuangan para tokoh Islam sebelumnya. Sudah sepatutnya generasi selanjutnya untuk lebih bekerja keras dan mencapai hasil perjuangan yang lebih baik.

Sungguh menarik untuk menelaah pesan-pesan dari Prof. Kasman Singodimedjo, seorang intelektual Muslim, tokoh Muhammadiyah, panglima perang, mujahid yang kenyang keluar masuk penjara rezim Orde Lama. Di penjara rezim Orde Lama, Kasman Singodimedjo pernah menuliskan pesan perjuangan:

“Seorang muslim harus berjuang terus, betapa pun keadaanya lebih sulit daripada sebelumnya. Ada pun kesulitan-kesulitan itu tidak membebaskan seorang muslim untuk berjuang lebih gigih daripada waktu lampau, dengan strategi tertentu dan taktik yang lebih tepat dan sesuai. 

Pengalaman-pengalaman yang telah dialami hendaknya menjadi pelajaran yang akan banyak memberi hikmah dan manfaat kepadanya. Tidak usah seorang Muslim berkecil hati. Tidak usah ia merasa perjuangannya yang lampau itu gagal, hanya memang belum sampai pada maksud dan tujuannya. 

Perjuangan Tengku Umar, Imam Bonjol, Diponegoro, HOS Tjokroaminoto, H.A. Salim, dan lainnya pun itu tidak gagal, hanya belum sampai pada tujuannya. Oleh sebab itu, Muslimin yang masih hidup sekarang ini harus meneruskan perjuangan Islam itu, dengan berkritik tolak kepada keadaan (situasi) dan fakta-fakta yang kini ada, dengan gaya atau semangat baru, setidak-tidaknya “to make the best of it” menuju kepada baldatun “tayibatun waa Rabbbun gafur”, yakni suatu negara yang baik yang diampuni dan diridhai oleh Allah: adil, makmur, aman, sentosa, tertib, teratur, bahagia, damai.”

Tak bisa dipungkiri bahwa peran dakwah Islam sangat berperan besar juga terhadap tercapainya Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Terbukti dengan banyaknya tokoh yang berlatar belakang agama Islam yang maju dan membela tanah air dengan berani tanpa takut sedikitpun akan menjadi tahanan perang.

Sudah sepatutnya para generasi bangsa selanjutnya terus berupaya melanjutkan perjuangan dakwah Islam secara benar dan mempertahankan keutuhan negara kita Indonesia tercinta. Semoga para pahlawan Indonesia yang telah gugur mati syahid dalam keadaan husnul khatimah dan diterima di sisi Allah SWT. Aamiin. Mari kita sambut HUT RI yang ke-77 ini dengan penuh suka cita.

Sumber: Pancasila Bukan untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Muslim. Adian Husaini. Jakarta:Gema Insani. 2009. 262 hlm. ISBN: 978-979-077-140-6.

Pancasila Bukan Untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam. Penulis: Adian Husaini

Beli di Shopee: Jual Pancasila Bukan Untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam Penulis: Adian Husaini, Gema Insani | Shopee Indonesia

Photo by Nick Agus Arya on Unsplash

Author

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like