Sering kita kecewa ketika pasangan suami istriatau anak belum sesaleh yang diharapkan. Shalat subuh masih telat, diajak kajian masih susah, dan lain-lain.
Kita ini seringnya sibuk memikirkan bagaimana mendakwahi orang lain, termasuk keluarga. Bagaimana mengubah mereka menjadi lebih saleh atau saleha, entah itu anak, suami, istri, orang tua, saudara, tetangga atau teman
Tapi kita jarang memikirkan bagaimana mengubah diri kita sendiri,
ya diri kita sendiri.
Kenapa?
Apa karena kita merasa sudah lebih baik?
Merasa sudah saleh atau saleha?
Merasa sudah berubah?
Catat ini baik-baik, bahwa dakwah itu tidak harus berarti menasehati orang lain, tapi menjadi contoh. Karena tak ada yang suka ‘diceramahi’ apalagi terang-terangan di depan banyak orang.
Maka dakwah terbaik adalah menasehati diri sendiri, mengubah diri sendiri menjadi lebih saleh lebih saleha dengan akhlak mulia, agar orang lain pun terinspirasi, termotivasi dan mengikuti tanpa harus diberitahu. Tanpa harus dinasihati secara lisan itulah dakwah yang sesungguhnya.
Kita saleh dan saleha bukan untuk diri sendiri, salehnya kita akan berimbas kepada keluarga dan orang terdekat kita, yakin saja itu. Maka yang terpenting adalah memperbaiki diri, hingga orang lain insya Allah akan mengikuti.
Foto oleh Julia Volk